BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Konsep
Dasar
Terapi
ini berpandangan bahwa manusia itu dalam kehidupannya selalu aktif sebagai
suatu keseluruhan. Setiap individu bukan semata-mata merupakan penjumlahan dari
bagian-bagian, melainkan merupakan suatu koordinasi semua bagian tersebut
(perasaan, pikiran, dan sebagainya).
Parsons
mengemukakan beberapa asumsi pokok tentang manusia yang dipergunakan sebagai
dasar sebagai terapi gestalt, sebagai berikut :
1. Manusia
merupakan keseluruhan yang terdiri dari badan, emosi, pikiran, sensasi dan
persepsi yang semuanya mempunyai fungsi dan saling berhubungan.
2. Manusia
adalah bagian dari lingkungannya dan tidak dapat dipelajari dan dipahami di
luar dari itu.
3. Manusia
adalah proactive dari pada reactive. Ia menentukan responnya terhadap stimulus
yang dari lingkungannya.
4. Manusia
mempunyai kemampuan untuk menjadi sadar akan sensasinya, pikirannya, emosinya
dan persepsi – persepsinya.
5. Manusia
melalui kesadaran diri mampu untuk memilih dan bertanggung jawab terhadap
tindakan perilakunya.
6. Manusia
mempunyai perlengkapan dan sumber-sumber untuk kehidupannya secara efektif dan
untuk mengembangkan diri melalui kemampuan yang dimiliknya sendiri.
7. Manusia
hanya dapat mengalami sendiri dalam masa sekarang. Masa lalu dan masa yang akan
dating hanya dapat dialami dengan melalui mengingat-ingat.
Teori kepribadian yang mendasari terapi
gestalt akan diuraikan berturut-turut tentang kepribadian, frustasi, karakter,
pathologi, kedewasaan dan kecemasan.
1. Kepribadian
Pearls menganggap bahwa konsep kepribadian yang
dikemukakan oleh Freud itu masih kurang sempurna, karena Freud tidak merumuskan
secara jelas mengenai lawan dari superego. Menurut Pearls superego menyangkut
masalah : kekuasaan, kebenaran, kesempurnaan. Superego menghukum individu
dengan adanya suatu keharusan, keinginan, dan ketakutan akan ancaman. Sedangkan
lawannya (lawan superego), menguasai individu dengan penekanan yang baik dalam
keadaan mempertahankan diri.
Konsep dasar terapi Gestalt adalah adanya pertentangan
antara kepentingan sosial dan dan biologis, manusia sering menyatakan apa yang
seharusnya dari pada apa yang sebenarnya. Hal ini akan mengarahkan pada manusia
untuk berpandangan bahwa setiap individu tidak usah seperti apa adanya
melainkan apa yang seharusnya.
2. Frustasi
Dalam kehidupannya seseorang akan melalui fase-fase
perkembangannya dan ada yang dapat berkembang secara wajar dan lancar, namun
ada juga yang mengalami hambatan, serta kadang-kadang individu dalam hidupnya
menghadapi dua pilihan. Pertentangan yang kuat antara kebutuhan sosial dan
biologis yang tidak dapat diatasi akan cenderung akan menimbulkan frustasi.
Menurut Pearls bahwa frustasi mempunyai unsur positif bagi individu, yaitu
mendorong individu untuk menggunakan atau menggerakkan sumber kekuatannya
sehingga menemukan potensinya untuk memanipulasi lingkungannya.
3. Karakter
Menurut Pearls individu yang kurang cukup mengalami
frustasi, dalam menggunakan potensinya cenderung menciptakan suasana kebebasan
atau yang lain. Di sinilah bahwa individu tersebut mendapatkan apa yang disebut
karakter. Pearls menggunakan istilah karakter berbeda dengan umumnya, yaitu
suatu keadaan yang dapat menghambat individu dalam mencapai maksudnya.
Perkembangan karakter menimbulkan individu kehilangan kemampuan untuk bekerja
sama secara bebas dan spontan. Lebih lanjut Pearls mengatakan bahwa makin
berkembang karakter seseorang semakin kehilangan potensinya.
4. Pathologi
Pathologi terjadi bila pikiran dan perasaan tidak
dapat diterima oleh dirinya sendiri, sehingga ia kehilangan kekuatan, tenaga
dan kemampuan untuk bekerja sama dengan lingkungannya secara baik.
5. Kedewasaan
Dalam terapi gestalt dimaksudkan untuk membawa
individu mencapai kedewasaannnya dalam kehidupannya sendiri dan dapat mengikuti
kehidupan lingkungannya, individu yang mempunyai pribadi yang sehat adalah yang
mampu memahami lingkungannya. Di samping itu individu tersebut selalu
bertanggung jawab atas segala keputusan dan perbuatannya terhadap lingkungan.
6. Kecemasan
Menurut Pearls, kecemasan itu akan terjadi apabila terdapat
kegelisahan antara masa sekarang dan masa yang akan dating. Kecemasan itu
timbul karena individu meninggalkan apa yang diyakini sekarang dan terlibat
dalam pemikiran-pemikiran tentang keinginan yang dilakukan pada masa yang akan
datang. Kecemasan disebabkan karena adanya bayangan yang buruk di masa yang
akan dating. Padahal kecemasan itu sebetulnya hanya merupakan suatu ketidak
senangan saja dan bukan suatu bencana, hal inilah sebagai awal usaha untuk
penyadaran diri individu.
B.
Hakekat
Manusia
1. Manusia
dalam kehidupannya selalu aktif sebagai suatu keseluruhan
2. Setiap
individu bukan semata-mata merupakan penjumlahan dari bagian organ-organ
seperti hati, jantung, otak dan sebagainya, melainkan merupakan suatu
koordinasi semua bagian tersebut
3. Manusia
aktif terdorong kearah keseluruhan dan integrasi pemikiran, perasaan, dan
tingkah lakunya
4. Setiap
individu memiliki kemampuan untuk menerima tanggung jawab pribadi, memiliki
dorongan untuk mengembangkan kesadaran yang akan mengarahkan menuju
terbentuknya integrasi atau kebutuhan pribadi.
5. Manusia
hanya dapat dipahami dalam keseluruhan konteksnya
6. Manusia
merupakan bagian dari lingkungannya dan hanya dapat dipahami dalam kaitannya
dengan lingkungannya itu
7. Manusia
merupakan aktor bukan reaktor
8. Perkembangan
yang terganggu karena terjadi ketidakseimbangan antara apa-apa yang diinginkan
dan apa-apa yang dilakukan
9. Terjadi
pertentangan antara keberadaan social dan biologis
10. Ketidakmampuan
individu mengintegrasikan pikiran, perasaan, dan tingkah lakunya
11. Mengalami
gap/kesenjangan sekarang dan yang akan dating
12. Melarikan
diri dari kenyataaan yang harus dihadapi
13. Mengalami
dan memelihara unfinished business
C.
Hakekat
konseling
Hakekat pendekatan konseling ini adalah Re-owning (memiliki
kembali), Re integrasi (penyatuan kembali)
D.
Tujuan
konseling
Tujuan
terapi gestalt adalah sebagai usaha membantu klien dalam mengintegrasikan diri
dalam lingkungannya, dan membantu klien menjadi masak dan bergerak ke arah
aktualisasi diri.
Pearls
berpendapat bahwa sebaiknya individu itu dapat mengerjakan suatu dari pada
hanya memikirkan sesuatu saja. Dalam hal ini terapis membantu klien untuk
mengukur kekuatan dan kemampuan dirinya.
Dewasa
berarti adanya integrasi kepribadian sebagai suatu keseluruhan, yaitu integrasi
dari berbagai bagian, antara lain : perasaan, pikiran, persepsi, dan
aspek-aspek lain ke dalam suatu sistem keseluruhan.
Jadi,
terapi gestalt bertujuan untuk menyatukan aspek-aspek kepribadian individu
untuk menjadi suatu kebulatan yaitu pribadi yang utuh dan integral. Di samping
itu terapi gestalt juga bertujuan agar klien dapat bertanggung jawab atas
dirinya dalam perkembangan dari aspek-aspek kepribadian yang bulat atau menuju
ke sistem keseluruhan.
E.
Karakteristik
v KARAKTERISTIK KONSELOR :
· Penuh kesadaran
· Bergairah dan bersemangat
· Humoris, hangat, dan penuh kasih sayang
· Kreatif
· Mau memberikan umpan balik terhadap apa yang dilakukan
klien
· Mampu mengeksplorasi ketakutan – ketakutan pengharapan
pengaturan dan penolakan klien
v KARAKTERISTIK KLIEN :
· Aktif dalam menjawab atau memberikan data yang dibutuhkan
konselor
· Meningkatkan kesadaran
· Bertanggung jawab
· Menumbuhkan kematangan
· Menentukan keinginanya
F.
Peran
dan fungsi konselor
1. Mendorong
klien untuk dapat melihat kenyataan yang ada pada dirinya dan mau mencoba
menghadapinya
2. Klien
bisa diajak memilih dua alternatif, menolak kenyataan yang ada pada dirinya /
membuka diri untuk melihat apa yang sebanarnya terjadi pada dirinya / membuka
diri untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya sekarang
3. Konselor
menghindarkan diri dari pikiran-pikiran yang abstrak, keinginan-keinginannya
untuk melakukan diagnosis, interpretasi maupun member nasihat
4. Konselor
sejak awal konseling sudah mengarahkan tujuab agar klien menjadi matang dan
mampu menyingkirkan hambatan-hambatan yang menyebabkan klien tidak dapat
berdiri sendiri
5. Konselor
membantu klien menghadapi tansisi dari ketergantungannya terhadap faktor
menjadi percaya akan kekuatannya sendiri. Usaha ini dilakukan untuk menemukan
dan membuka ketersesatan klien
6. Pada
saat klien mengalami gejolak kesesatan dan klien menyatakan kekalahannya
terhadap lingkungan dengan cara mengungkapkan kelemahannya, dirinya tidak
berdaya, bodoh/gila
7. Konselor
membantu membuat perasaan klien untuk bangkit dan mau menghadapi
ketersesatannya sehingga potensi dapat berkembang lebih optimal.
G.
Hubungan
konselor dengan klien
Hubungan
antara konselor dan klien dalam prakteknya dilaksanakan secara face to face
relationship atau hubungan tatap muka.
Dalam
kenyataannya hubungan konselor dan klien itu merupakan proses terapi. Diharapkan konselor, memiliki
dan memahami berbagai teknik dalam membantu, namun dalam pemberian terapi
penekanannya pada proses hubungan antara terapis dengan klien.
Dalam
terapi Gestalt klien dibuat menjadi frustasi supaya ia dapat menemukan caranya
sendiri yang sesuai dalam usaha untuk mengembangkan potensinya, guna menemukan
dirinya. Simptom umum yang di miliki oleh klien adalah penolakan yang
dinampakkan dalam bentuk pobia., melarikan diri dan sebagainya. Pendekatan ini
mementingkan di sini dan sekarang dalam proses terapinya. Jadi yang penting apa
yang apa yang ada sekarang ini. Terapis aliran gestalt bukan hanya menganalisis
saja, tetapi lebih ditekankan untuk mengintegrasikan perhatian dan kesadaran
klien. Yang dimaksud dengan perhatian di sini adalah mendengarkan apa yang
diangan-angankan atau apa yang tidak disenangi, sedangkan apa yang dimaksudkan
dengan kesadaran adalah apa yang sedang dialaminya menyentuh pribadinya dan
dunianya. Pearls juga mengemukakan tentang mimpi, bahwa dalam menangani klien,
terapis menghidupkan kembali mimpi, tetapi bukan menganalisis mimpi melainkan
klien diminta berbuat seperti apa yang dimimpinnya.
H.
Tahap
konseling
Tahap-tahap konseling Gestalt:
1.
Fase pertama
a. Konselor
mengembangkan pertemuan konseling, agar tercapai situasi yang memungkinkan
perubahan-perubahan yang diharapkan pada klien
b. Pola
hubungan yang diciptakan untuk setiap klien berbeda, karena masing-masing klien
mempunyai keunikan sebagai individu serta memiliki kebutuhan yang bergantung
kepada masalah yang harus dipecahkan.
2.
Fase kedua
a. Konselor
berusaha meyakinkan dan pengkondisian klien untuk mengikuti prosedur yang telah
ditetapkan sesuai dengan kondisi klien.
b. Ada
dua hal yang dilakukan konselor dalam fase ini, yaitu:
1) Memberi
kesempatan klien untuk menyadari ketidaksenangannya atau ketidakpuasannya
2) Makin
tinggi kesadaran klien terhadap ketidakpuasannya semakin besar motivasi untuk
mencapai perubahan dirinya, sehingga makin tinggi pula keinginannya untuk
bekerja sama dengan konselor
c. Membangkitkan
otonomi klien:
Menekankan kepada klien bahwa klien
boleh menolak saran-saran konselor asal dapat mengemukakan alasan-alasannya
secara bertanggung jawab
3.
Fase ketiga
a. Konselor
mendorong klien untuk mengatakan perasaan-perasaannya pada saat ini.
b. Klien
diberi kesempatan untuk mengalami kembali segala perasaan dan perbuatan pada
masa lalu, dalam situasi disini dan saat ini
c. Kadang-kadang
klien diperbolehkan memproyeksikan dirinya kepada konselor
d. Melalui
fase ini konselor berusaha menemukan celah-celah kepribadian atau aspek-aspek
kepribadian yang hilang, dari sini dapat didefinisikan apa yang harus dilakukan
klien
4.
Fase keempat
a. Setelah
klien memperoleh pemahaman dan penyadaran tentang pikiran, perasaan, dan
tingkah lakunya, konselor mengantarkan klien memasuki fase akhir konseling
b. Pada
fase ini klien menunjukkan gejala-gejala yang mengindikasikan integritas
kepribadiannya sebagai individu yang unik dan manusiawi
c. Klien
telah memilki kepercayaan pada potensinya, menyadari keadaan dirinya pada saat
sekarang, sadar dan bertanggung jawab atas sifat otonominya, perasaan-perasaannya,
pikiran-pikirannya dan tingkah lakunya
d. Dalam
situasi ini klien secara sadar daj bertanggung jawab memutuskan untuk
“melepaskan” diri dari konselor dan siap untuk mengembangkan potensi dirinya
I.
Teknik
konseling
Teknik-teknik
ini mendorong terapis dalam memberikan terapi kepada klien dengan cepat
dan tepat. Teknik-teknik itu sebagai
berikut :
1. Directed
awareness: teknik untuk meningkatkan kesadaran klien. Pertanyaan-pertanyaan
yang sederhana, langsung, membuat memusatkan kesadaran klien. Terapis menggunakan
kesadaran yang ada pada klien untuk memisahkan pertentangan-pertentangan dan
penyimpangan dalam komunikasi verbal dan non verbal dari klien. Pengarahan dari
terapis harus berpijak pada keadaan sekarang untuk diharmoniskan dengan dirinya
sendiri dan terutama menggunakan potensi yang dimiliki.
2. Games
of dialogue: klien ditanya untuk mengembangkan dialog antara bagian-bagian yang
konflik yang ada dalam dirinya. Contohnya: anda tidak boleh mengekspresikan
kemarahan anda, dan dijawabnya: tetapi saya marah. Dialog ini dimaksudkan untuk
membantu membuat keduanya itu ada padanya secara penuh dan digunakan manakala
terjadi penyimpangan-penyimpangan pada dirinya.
3. Palying
the projection: teknik ini dipergunakan ketika klien mengeluh dan menyalahkan
dengan tidak menyadari bagaimana mereka memroyeksikan sikap mereka kepada orang
laijn secara baik. Tujuan dari teknik ini untuk memiliki kembali dan
mengintegrasikan bagian-bagian yang ada dalam dirinya.
4. Reveral
techniques. Dengan teknik ini dimaksudkan klien bertindak menurut sikap-sikap
atau dalam sikap-sikap yang merupakan kebalikan dari apa yang biasa mereka
lakukan. Cara ini untuk menolong klien menyadari bagian dari dirinya yang dia
tidak tahu bahwa itu ada dan dengan demikian menolong mereka untuk memulai proses
penerimaan atribut personal yang selama ini ditolaknya.
5. Assuming
responsibility. Klien ditanya dengan menggunakan potongan kalimat. “saya
bertanggung jawab atas hal itu”, yang diucapkan pada setiap akhir pernyataan
yang dibuatnya. Teknik ini dikembangkan untuk menolong klien dalam menyadari
fakta-fakta bahwa mereka bertanggung jawab atas sikap pemikiran dan perasaan
yang dialami.
6. Staying
with a feeling. Teknik ini dapat digunakan untuk menolong klien yang mengalami
perasaan-perasaan yang tidak senang. Terapis meminta klien untuk meneruskan
perasaan itu betapapun sakitnya atau menakutkannya pengalaman itu dan bahkan
melebih-lebihkan persaan itu. Menghadapi dan mengalami, mempertahankan perasaan
ini memaksa klien untuk menerima pengalaman-pengalaman emosionalnya sebagai
bagian dari dirinya.
7. May
I feed you a sentence. Dalam teknik ini konselor memberikan
pertanyaan-pertanyaan untuk diucapkan oleh klien. Ucapan ini dapat menagkap
sikap, perasaan dari klien dan ini dapat diamati oleh konselor. Sikap atau
perasaan yang tidak disadari oleh klien, klien disuruh mencoba mengucapkan
kalimat itu dengan cara mengulanginya. Dengan cara demikian klien akan dapat
menjadi sadar atas sikap/perasaan yang sebelumnya ia terapkan.
J.
Kelebihan
dan keterbatasan
Kelebihan dari konseling
gestalt adalah:
Dalam hal ini penekanan
pada keseluruhan dan kesatuan perilaku. Berkaitan dengan ini, adalah penggunaan
pentingnya perilaku non verbal sebagai bagian integral sumber pengetahuan
terhadap individu
Beberapa kelemahan
konseling gestalt, antara lain:
a. Terminologi
yang digunakan cenderung “idiosyncratic” kepada system
b. Sedikit
bukti empiris penelitian terhadap efektivitas terapi
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Teori
Gestalt merupakan suatu pendekatan konseling yang didasarkan pada suatu
pemikiran bahwa individu harus dipahami pada konteks hubungan yang sedang
berjalan dengan lingkungan (ongoing relationships). Sehingga salah satu tujuan
konseling yang ingin dicapai oleh Gestalt adalah menyadarkan (awareness)
konseli terhadap apa yang sedang dialami dan bagaimana mereka menangani
masalahnya. Gestalt berkeyakinan bahwa melalui kesadaran ini maka perubahan
akan muncul secara otomatis.
2. Pendekatan
konseling gestalt di terapkan untuk mengatasi klien yang mengalami
masalah-masalah perasaan seperti konflik, kecemasan,dendam, marah, kesedihan
mendalam.
3. Pendekatan
Gestalt mengarahkan konseli untuk secara langsung mengalami masalahnya daripada
hanya sekedar berbicara situasi yang seringkali bersifat abstrak. Dengan
begitu, konselor Gestalt akan berusaha untuk memahami secara langsung bagaimana
konseli berpikir, bagaimana konseli merasakan sesuatu dan bagaimana konseli
melakukan sesuatu, sehingga konselor akan “hadir secara penuh” (fully present)
dalam proses konseling sehingga yang pada akhirnya memunculkan kontak yang
murni (genuine contacs) antara konselor dengan konseli.
DAFTAR PUSTAKA
Pujosuwarno,
sayekti.: Berbagai Pendekatan dalam
Konseling, terbitan pertama. Yogyakarta: Menara Mas Offset, 1993.
http://www.vievie-28.web.id/index.php?option=com_content&view=article&id=85:pendekatan-konseling-gestalt&catid=1:latest-news
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/23/pendekatan-konseling-gestalt/
http://oxygendistro.blogspot.com/2011/10/makalah-pendekatan-gestalt.html